1. Masa Pemerintahan Hayam Wuruk (1350 – 1389)

Pada tahun 1530 putra mahkota Hayam Wuruk dinobatkan menjadi raja Majapahit. Ia bergelar Sri Rajasanagara. Ketika Tribhuwanatunggadewi (ibu hayam wuruk) masih memerintah, ia telah diangkat menjadi raja muda (rajakumara) dan mendapat daerah jiwana sebagai daerah lunguhnya.

Dalam menjalankan pemerintahannya, hayam wuruk didampingi oleh gajah Mada yang menduduki jabatan patih Hamangkubhumi, yang sebenarnya jabatan itu diperolehnya pada masa pemerintahan Tribhuwanatunggadewi, ketika berhasil menumpas pemberontakan sadeng.

Dengan bantuan patih Hamangkubhumi gajah mada, raja hayam wuruk berhasil membawa kerajaan majapahit kepuncak kejayaannya. Wilayah kekuasaan majapahit sangat luas hampir meliputi seluruh nusantara dan semenanjung melayu.

Dengan penguasaan terhadap kerajaan-kerajaan lain, majapahit secara sederhana adalah istilah terkait dengan kemaharajaan atau imperium.

Kekuasaan ini sebenarnya hanya bersifaat formil, raja-raja bawahan hanya harus menyatakan kesetiaannya kepada maharaja majapahit dengan berdatang sembah dan menyerahkan upeti ke istana majapahit. Sedangkan dalam urusan kerajaan masing-masing, mereka mempunyai kebebasan untuk mengatur sendiri dan berhubungan langsung dengan negeri luar.

Timbal balik dari kesetiaan itu berupa perlindungan. Sistem demikian membaw akibat, bila pemerintahan majapahit kuat dan stabil, maka raja-raja akan setia, tetapi kalau keadaannya goncang, maka raja-raja bawahan tidak menghiraukan lagi dan membebaskan diri dari kekuasaan majapahit. Sistem pemerintahan itu diperthankan dan dipelihara oleh gajah mada.

Rupanya sistem kekuasaan seperti itu berakhir setelah tahun 1357, yaitu dengan terjadinya peristiwa di bubat, yaitu perang antara orang sunda dan majapahit.

Candi panataran
Candi panataran secara sederhana adalah istilah terkait dengan candi peninggalan kerajaan majapahit

Pada waktu itu raja hayam wuruk bermaksud hendak mengambil putri sunda, Dyah Pitaloka sebagai permaisurinya. Ketika raja sunda, Sri Baduga Maharaja, yang merasa dirinya tidak tunduk kepada kekuasaan majapahit berkunjung ke majapahit untuk memenuhi undangan maharaja hayam wuruk pada tahun 1357. Mereka diperlakukan oleh gajah mada sebagai raja bawahan majapahit dan pada saat itu sri baduga maharaja menentang perlakuan dari gajah mada sehingga menyebabkan timbulnya perang di alun-alun bubat. Sri baduga maharaja dan pengiringnya gugur, sedangkan putri dyah pitaloka bunuh diri.

Dalam kitab pararaton diceritakan bahwa setelah peristiwa itu, gajah mada melakukan amukti palapa (cuti dan beristirahat) dan mengundurkan diri dari jabatanya. Hayam wuruk menganugrahkan Sima kepada gajah mada, ditempat itulah rupanya gajah mada menetap selama ia amukti palapa. Beberapa waktu kemudian ia aktif kembali dipemerintahan.

Berhubungan dengan meninggalnya putri sunda, hayam wuruk menikah dengan Paduka Sori, putri Bhre Wengker dapri perkawinannya dengan Bhre Daha Rajadewi, bibi dari hayam wuruk.

Menarik lainnya

© 2024 Pengertian.Apa-itu.NET