Cara Desain Sedimentasi

Bak Pengendap Pertama (Pengendapan Diskrit)

Pengendapan diskrit (disebut juga plain sedimentation atau sedimentasi I) dimaksudkan untuk mengendapkan partikel diskret atau partikel kasar atau lumpur. Partikel diskret adalah partikel yang tidak mengalami perubahan bentuk dan ukuran selama mengendap di dalam air.

Prasedimentasi hanya diperlukan apabila dalam air baku terdapat partikel diskret atau partikel kasar atau lumpur dalam jumlah yang besar. Pengendapan dilakukan dalam bak berukuran besar (biasanya membutuhkan waktu detensi selama 2 hingga 4 jam) dalam aliran yang laminer, untuk memberikan kesempatan lumpur mengendap tanpa terganggu oleh aliran. Pengendapan berlangsung secara gravitasi tanpa penambahan bahan kimia sebelumnya.

Bak pengendap I berfungsi untuk mengurangi partikel padat dalam air buangan dengan cara mengendapkan pada suatu tangki selama waktu tertentu sehingga terendapkan sekaligus mengurangi kekeruhan dan beban organik. Lumpur yang dihasilkan dari bak pengendap I akan diolah lebih lanjut pada proses penanganan lumpur, sehingga volume lumpur dapat diperkecil. Sedang fluida atau supernatannya keluar melalui sistem pelimpah yang ditampung pada saluran penampung/gullet menuju ke unit pengolahan biologi.

Faktor penentu untuk mendesain Bak Pengendap I adalah: overflow rate, kedalaman tangki, waktu detensi

Bak sedimentasi ideal. Sebuah aliran horizontal untuk melukiskan dalam bak sedimentasi menunjukkan karakteristik, yang secara umum digunakan cara pengendapan partikel diskrit :

  1. aliran melalui bak terdistribusi merata melintasi sisi melintang bak
  2. partikel terdispersi merata dalam air
  3. pengendapan partikel yang dominan terjadi adalah type I

Sebuah bak sedimentasi ideal dibagi menjadi 4 zona, yaitu:

  • Zona inlet.
    Dalam zona ini aliran terdistribusi tidak merata melintasi bagian melintang bak; aliran meninggalkan zona inlet mengalir secara horisontal dan langsung menuju bagian outlet.
  • Zona pengendapan.
    Dalam zona ini, air mengalir pelan secara horisontal ke arah outlet, dan dalam zona ini terjadi proses pengendapan. Lintasan partikel diskret tergantung pada besarnya kecepatan pengendapan.
  • Zona lumpur.
    Dalam zona ini lumpur terakumulasi. Sekali lumpur masuk area ini ia akan tetap disana.
  • Zona outlet.
    Dalam zona ini, air yang partikelnya telah terendapkan terkumpul pada bagian melintang bak dan siap melngalir keluar bak.

Bak Pengendap II (Clarifier)

Bak pengendap II berfungsi untuk mengendapkan zat padat yang terdapat dalam air buangan setelah melalui pengolahan biologis. Bak pengendap ini dilengkapi dengan pengeruk lumpur mekanis. Lumpur yang terkumpul dipompakan ke unit pengolahan lumpur, sedang supernatannya dialirkan menuju bak filtrasi sebelum dibuang ke dalam air penerima. Bentuk bak sedimentasi yaitu:

a. Segi empat (rectangular).
Pada bak ini, air mengalir horisontal dari inlet menuju outlet, sementara partikel mengendap ke bawah.

b. Lingkaran (circular) – center feed.
Pada bak ini, air masuk melalui pipa menuju inlet bak di bagian tengah bak, kemudian air mengalir horisontal dari inlet menuju outlet di sekeliling bak, sementara partikel mengendap ke bawah Secara tipikal bak persegi mempunyai rasio panjang : lebar antara 2 : 1 – 3 : 1.

c. Lingkaran (circular) – periferal feed.
Pada bak ini, air masuk melalui sekeliling lingkaran dan secara horisontal mengalir menuju ke outlet di bagian tengah lingkaran, sementara partikel mengendap ke bawah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe periferal feed menghasilkan short circuit yang lebih kecil dibandingkan tipe center feed, walaupun center feed lebih sering digunakan. Secara umum pola aliran pada bak lingkaran kurang mendekati pola ideal dibanding bak pengendap persegi panjang. Meskipun demikian, bak lingkaran lebih sering digunakan karena penggunaan peralatan pengumpul lumpurnya lebih sederhana.

Menarik lainnya

© 2024 Pengertian.Apa-itu.NET