1. Ciri-ciri dari Archaebacteria

– Organisme yang diklasifikasikan sebagai archaebacteria memiliki dinding sel, mengandung asam lemak, memiliki RNA polimerase kompleks dan memiliki sistem metabolisme.

Fitur-fitur ini membedakan archaebacteria dari organisme lain. Beberapa ciri, dibagi dengan organisme dalam kerajaan lainnya, termasuk Eukariota dan Bakteri.

Semua archaebacteria memiliki dinding sel, tetapi struktur dinding sel bervariasi tergantung pada spesies. Archaebacteria kurang memiliki peptidoglikan, yang membedakan mereka dari organisme yang terkait erat dalam kerajaan Bakteri.Archaebacteria

Archaebacteria memiliki membran lipid terdiri dari asam lemak dan memiliki RNA polimerase kompleks untuk menuliskan dan menyalin DNA menjadi produk RNA. Sistem pencernaan Archae juga menggunakan sistem metabolisme internal, yang berlangsung dalam beberapa tahap.

Macam-macam Archaebacteria

Berdasarkan lingkungan yang ekstrim Archaebacteria dibedakan menjadi 3 kelompok :

Metanogen

Kelompok Archaebacteria ini bersifat anaerobik dan kemosintetik. Bakteri ini memperoleh makanan dengan mereduksi CO2 menggunakan H2 menjadi metana (CH4). Hidup di rawa-rawa dan danau yang kekurangan oksigen karena konsumsi mikroorganisme lain.

4H2  +  CO2  ―→ CH4  + 2H2O

Metanogenik juga berperan dalam pembusukan sampah dan kotoran ternak. Metanogenik secara sederhana adalah istilah terkait dengan bakteri utama dalam pembentukan biogas atau gas metana. Beberapa bakteri metanogenik bersimbiosis dalam rumen herbivora dan hewan pengonsumsi selulosa lainnya.

Contoh :

Lachnospira multiparus, organisme ini mampu menyederhanakan pektin

Ruminococcus albus, organisme ini mampu menghidrolisis selulosa

Succumonas amylotica, memiliki kemampuan menguraikan amilum.

Methanococcus janashii, penghasil gas methane

Halofilik

Bakteri Halofilik (halo : garam, philis: suka) ini hidup pada lingkungan dengan kadar garam tinggi dan sebagian memerlukan kadar garam 10 kali lebih tinggi daripada air laut untuk dapat hidup. seperti di danau Great Salt (danau garam), Laut Mati, atau di dalam makanan yang bergaram. Beberapa bakteri halofilik dapat berfotosintesis dan memiliki zat warna yang disebut bacteriorodhopsin

Termofilik

Sesuai dengan namanya (thermo: panas, philis: suka), Archaebacteria ini hidup di tempat dengan suhu 60°C hingga 80°C. Beberapa bakteri termofilik mampu mengoksidasi sulfur, seperti Sulfolobus yang hidup di mata air sulfur. Bahkan, beberapa spesies mampu dengan suhu 105°C

Menarik lainnya

© 2024 Pengertian.Apa-itu.NET