Buah Sulung (Agama) – Definisi, Konsep dan Apa Itu

Ini harus dipahami dalam konteks keagamaan, terutama dalam Yudaisme dan Kristen. Adapun maknanya, ini adalah tentang segala sesuatu yang pertama-tama dipersembahkan orang percaya kepada Tuhan. Untuk konsepsi di tingkat jurnalistik, klik di sini .

Sebagaimana disebutkan dalam teks-teks suci, barang-barang yang awalnya diperoleh pada awal tahun harus digunakan untuk menghormati Tuhan. Harta yang membentuk buah sulung ada tiga: shalat, puasa, dan sedekah. Setiap orang percaya dapat menafsirkan dengan cara apa ia menawarkan barang-barang ini kepada Tuhan.

Asal-usul Alkitab dan Konsekuensi dari Buah Sulung

Dalam Kitab Suci disebutkan bahwa buah sulung dari bumi harus dipersembahkan kepada Allah untuk menghormati Dia. Tindakan ini dibingkai dalam konteks festival: Bikkurim atau pesta buah sulung. Orang-orang Israel mempersembahkan hasil panen pertama kepada Tuhan setelah Sabat pertama setelah Hari Raya Roti Tidak Beragi atau Chag Ha-Matsot.

Dalam Imamat ditunjukkan bahwa barang-barang pertama tahun itu dikirimkan kepada imam dalam sebuah keranjang dan barang-barang tersebut melambangkan bagian suci dari upaya individu setiap orang. Dalam komunitas Yahudi, buah sulung dari buah sulung memiliki makna simbolis yang jelas , karena mengacu pada nubuat kebangkitan Mesias.

Sebagai hasil dari buah sulung yang dikirimkan di awal tahun, waktu yang tersisa dikuduskan oleh Tuhan. Ini terjadi karena alasan yang jelas: orang percaya telah memberikan prioritas kepada Tuhan dan sebagai tanggapan atas kemurahan hati ini Tuhan menawarkan kekudusan manusia dalam tindakannya yang akan datang sepanjang tahun. Harus diperhitungkan bahwa buah sulung memiliki kekuatan penebusan, yaitu Tuhan memberi penghargaan kepada mereka yang memprioritaskannya.

Pemberian buah sulung adalah cara untuk memuliakan Tuhan

Dari sudut pandang Yudaisme dan Kristen, gagasan menghormati Tuhan memiliki arti ganda: menghargai dan mencintai-Nya. Jadi, melalui buah sulung, Tuhan dihormati dan apa yang diberikan memiliki karakter prioritas.

Dari perspektif spiritual, buah sulung memiliki makna yang dalam. Pertama, mereka menyiratkan bahwa Tuhan telah diterima ke dalam hati manusia dan, sebagai akibatnya, tanda terima kasih secara eksplisit ditawarkan kepadanya. Dapat dikatakan bahwa buah sulung mengingatkan kita pada tiga hal mendasar: bahwa keyakinan kita harus disertai dengan tindakan, bahwa masalah tertentu adalah prioritas dan bahwa kesetiaan kita kepada Tuhan harus diperbarui secara berkala.

Dalam konteks non-agama, mekanisme syukur mirip dengan pesta buah sulung, karena kita menawarkan sesuatu kepada seseorang yang sebelumnya telah menunjukkan kepercayaan dan cinta mereka .

Foto: Fotolia – ubonwanu

Topik Buah Sulung (Agama)

Menarik lainnya

© 2023 Pengertian.Apa-itu.NET