Proses Terbentuknya Fosil

Proses pemfosilan adalah proses perubahan dari organisme hidup menjadi fosil. Untuk mengetahui bagaimana fosil terbentuk, tergantung apa yang terjadi setelah organisme tersebut mati. Kebanyakan organisme yang telah mati dimakan oleh binatang atau hancur karena organisme yang lainnya. Selain itu, proses dekomposisi dapat juga menghancurkan organisme tersebut. Rposes tersebut kadang sangat eaktif, sehingga dapat menghilangkan sama sekali jejak-jejak dari organisme yang telah mati. Tetapi ada kondisi tertentu sisa atau jejak organisme yang mati tersebut dapat terawetkan dan menjadi fosil.

1. Proses Fosilisasi pada Mahluk Hidup

Batuan sedimen terbentuk dari lapisan mineral yang mengendap dan memisah dari air. Pasir dan endapan lumpur yang sudah lapuk dan tererosi dari tanah dibawah ke sungai menuju ke laut atau rawa, di mana bagian sedimen tersebut akan mengendap ke bagian dasar. Sedimen akan menumpuk dan menekan endapan yang lebih tua untuk menjadi batu.

Ketika ada kehidupan organisme air atau organisme darat yang terbawa dari ke lautan atau rawa itu mati, maka organisme tersebut akan terendapkan bersama-sama dengan sedimen dan akan terawetkan menjadi fosil. Catatan fosil merupakan susunan teratur di mana fosil mengendap dalam lapisan, atau strata, pada batuan sedimen yang menandai berlalunya waktu geologis. Fossil record memiliki data yang tidak lengkap. Hal ini dikarenakan banyaknya di periode masa lalu namun tidak diimbangi dengan proses sedimentasi.

 Fosil digunakan untuk mencari jejak kehidupan masa lalu. Fosil ini tidak hanya sisa-sisa organisme yang sebenarnya, seperti gigi, tulang, kerang, dan daun (fosil tubuh), tetapi juga hasil dari aktivitas mereka, seperti liang dan sidik jari kaki (jejak fosil), dan senyawa organik yang mereka hasilkan oleh proses biokimia (fosil kimia). Bahkan kadang-kadang, struktur anorganik juga dihasilkan lewat jejak kehidupan, yang dikenal dengan pseudofossils.

2. Penentuan Umur Fosil

Salah satu penentuan umur fosil adalah dengan menggunakan metode radiometric dating. Metode ini paling sering dipakai untuk menentukan fosil dengan cara menentukan umur batuan dan fosil pada skala waktu absolut. Fosil mengandung isotop unsur yang terakumulasi dalam organisme ketika masih hidup. Karena setiap isotop radioaktif memiliki laju peluruhan yang sudah tetap, isotop itu dapat digunakan untuk menentukan umur suatu spesimen. Waktu paruh (half-life) suatu isotop, yaitu jumlah rentang waktu yang diperlukan untuk meluruhkan 50% dari sampel awal.

Sebagai contoh karbon memiliki waktu paruh sebesar 5600-5730 tahun, yang merupakan suatu laju peluruhan yang efektif untuk menentukan umur fosil yang relatif muda. Sebagai contoh ketika suatu organisme tersebut masih hidup, organisme tersebut mengasimilasi isotop yang berbeda, salah satunya karbon. Setelah organisme tersebut mati maka karbon tersebut tersimpan dan akan meluruh sesuai dengan lama fosil tersebut. Sementara untuk isotop yang lebih lama bisa menggunakan uranium, yang memiliki waktu paruh 4,5 miliar tahun.

Sinar kosmik menumbuk atmosfer dan melepaskan neutron yang selanjutnya neutron tersebut akan menumbuk atom nitrogen untuk menghasilkan karbonyang selanjutnya akan diambil oleh organisme.

Baca Juga : 

3. Mekanisme Fosilisasi

Untuk memahami proses fosilisasi, maka salah satu ilmu yang mempelajari tentang proses fosilisasi disebut dengan taphonomy. Ilmu ini memahami mekasnisme perubahan mulai dari kehidupan (life), kematian (death), pengawetan (preservation), ketahanan (survival), dan penemuan (discovery) dari suatu organisme. Dalam studi tentang mekanisme fosilisasi, maka proses tersebut dimulai ketika organisme tersebut sudah mati dan akan terawetkan melalui sedimentasi. Adapun tipe-tipe pengawetan fosil adalah permineralisasi,, replacement, unaltered, bioimmuration dan karbonisasi.

  1. Pemineralisasi

Pemineralisasi merupakan tipe pengawetan dimana setelah organisme terekubur, maka bagian tubuhnya akan digantikan oleh mineral melalui ruang-ruang dalam organisme tersebut. Sementara rekristalisasi merupakan pengawetan dimana bagian tubuhnya digantikan oleh kristal seperti hydroxy apatite, aragonite, dan calcite.

  1. Replacement

Replacement merupakan tipe pengawetan yang mana bagian dari tubuh organisme digantikan oleh mineral lain.

  1. Unaltered

Merupakan tipe fosil yang mana bagian dari fosil tersebut masih menyisakan mineral aslinya seperti tulang.

  1. Bioimmuration

Adalah tipe pengawetan fosil dimana bahan yang akan mengisi bagian organisme tersebut masih tercampur dengan bagian tubuh organisme tersebut seperti tulang atau cangkang.

  1. Karbonisasi

Tipe pengawetan ini banyak ditemukan pada tanaman ketika tanaman tersebut banyak mengandung unsur karbon seperti karbohidrat dan dalam bentuk fosil berwarna kehitaman akibat proses penguraian yang dilakukan bakteri kekurangan oksigen dan berada pada tekanan yang tinggi.

Suatu perairan mengalami sedimentasi akibat erosi dari sungai. Dan ketika ada organisme yang mati maka akan tersedimentasi dan membentuk fosil dan selanjutnya sedimentasi masih berlanjut sehingga ketika ada organisme yang mati lagi, maka akan tersedimentasi dan terbentuklah lapisan sedimen dengan berbgai macam jenis fosil yang bebeda umurnya.

Menarik lainnya

© 2023 Pengertian.Apa-itu.NET