1. Jenis-jenis Manusia Purba di Indonesia

– Penemuan fosil yang membuka tabir kehidupan manusia purba  terjadi secara tidak sengaja, Von Rietschoten menemukan tengkorak manusia purba ketika sedang mencari marmer di daerah wajak, tulungagung. Kemudian fosil tersebut di kirim kepada Eugene Dubois.

Pada tahun 1890, Eugene Dubois datang ke indonesia. Dalam penggalian di dekat trinil, sebuah desa yang terletak di tepi bengawan solo, di temukan fosil dari bagian-bagian tubuh manusia, sebagian dari tulang rahang, gerahan, dan bagian atas tengkorak.

Tengkorak pithecanthropus erectus
Tengkorak pithecanthropus erectus

Manusia purba yang fosilnya ditemukan oleh Von Rietschoten kemudian diberi nama Pithecanthropus erectus (pithecos = kera, anthropos = manusia, erectus = tegak). Pithecanthropus erectus berarti bentuk campuran antara kera dengan manusia dan berjalannya sudah tegak. Tingkatannya lebih tinggi dari kera tetapi lebih rendah dari manusia.

Temuan inilah yang kemudian dijadikan awal untuk penelitian selanjutnya. Saat ditemukan diperkirakan Pithecanthropus erectus secara sederhana adalah istilah terkait dengan manusia purba tertua, tetapi penelitian selanjutnya membuktikan bahwa perkiraan tersebut keliru. Sebutan Pithecanthropus  sendiri pertama kali diusulkan oleh Ernst Haeckel, ahli biologi jerman, pada tahun 1866 untuk menamai “matarantai yang hilang (missing link)”.

G.H.R. von Koenigswald juga melakukan penelitian di sepanjang daerah sungai bengawan solo dari tahun 1936 sampai tahun 1941. Pada tahun 1936, ia menemukan sebuah tengkorak anak-anak di dekat mojokerto. Dilihat dari giginya, diperkirakan umurnya belum ada lima tahun. Oleh karena didaerah mojokerto, makhluk ini kemudian diberi nama Pithecanthropus  mojokertensis. Meskipun termasuk jenis Pithecanthropus, tetapi usianya lebih tua dibandingkan dengan Pithecanthropus erectus.

Kemudian, Koenigswald menemukan sebagian dari rahang bawah manusia di dekat sangiran, yang juga terletak dilembah sungai bengawan solo pada tahun 1941. Gerahamnya lebih besar dan lebih kuat dibandingkan dengan Pithecanthropus erectus. Oleh karena itu, Koenigswald menyimpulkan bahwa umurnya pasti lebih tua dari jenis Pithecanthropus  yang lain. Oleh karena tubuhnya yang besar, makhluk tersebut diberi nama Meganthropus paleojavanicus. Pithecanthropus mojokertensis bersama dengan Meganthropus paleojavanicus berada pada lapisan Pleistosen bawah, sementara Pithecanthropus erectus berada pada lapisan Pleistosen tengah. Untuk lebih jelasnya, pengelompokan manusia purba dapat dilihat pada tabel berikut.

Selain jenus Meganthropus dan Pithecanthropus, ditemukan pula manusia purba jenis baru yang disebut jenis Homo. Dalam penggalian yang dilakukan antara 1931-1934 oleh Ten Haar dan Ir. Oppenoorth ditemukan sebelas fosil tengkorak di Desa Ngandong, Kabupaten Blora, yang terletak di lembah sungai bengawan solo. Beberapa tengkorak sudah hancur tetapi masih dapat memberikan petunjuk.

Setelah diteliti oleh Koenigswald, disimpulkan bahwa manusia purba tersebut tingkatannya sudah lebih tinggi dibandingkan Pithecanthropus  bahkan sudah mendekati manusia atau Homo. Oleh karena itulah, temuan tersebut diberi nama Homo soloensis atau manusia solo karena ditemukan dilembah sungai bengawan solo. Isi tengkoraknya berkisar antara 1350-1450 cc. Bandingkan dengan isi tengkorak Pithecanthropus yang diperkirakan 900cc, sementara isi otak jenis kera tertinggi hanya 600 cc.

Kemudian Koenigswald meneliti fosil tengkorak yang sudah ditemukan di wajak, deket tulungagung pada tahun 1889. Hasilnya menunjukan bahwa fosil tersebut dapat dimasukan kedalam jenis Homo, dan diberi nama Homo wajakensis. Hanya saja menurut Dubois, Homo wajakensis lebih banyak persamaannya dengan penduduk asli benua Australia. Ada dugaan bahwa Homo wajakensis tersebut secara sederhana adalah istilah terkait dengan nenek moyang penduduk asli australia.

Seperti dapat dilihat pada tabel di atas, Homo soloensi dan homo wajakensis berada pada masa Pleistosen atas dan pada masa Holosen sudah lahir jenis Homo sapiens, atau manusia yang sudah menggunakan akal.

Menarik lainnya

© 2023 Pengertian.Apa-itu.NET