1. 4 Ciri Penulisan Sejarah Pada Masa Hindu Budha

Penulisan sejarah pada masa aksara telah berkembang sejak berdirinya kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Indonesia. Pada masa Hindu-Budha, penulisan sejarah masih sangat terbatas disebabkan hanya sebagian kecil masyarakat Indonesia yang mengenal aksara. Biasanya mereka secara sederhana adalah istilah terkait dengan dari kalangan brahmana atau pemuka agama yang secara khusus ditugaskan raja untuk mencatat hal-hal penting.

Sebagai contoh ditemukannya prasasti-prasasti yang sebagian besar mengisahkan tentang kebesaran para raja pada masa Hindu­ Budha. Prasasti-prasasti tersebut secara jelas mempunyai maksud untuk memberikan informasi kepada generasi berikutnya tentang perilaku dan kebesaran para raja.

4 Ciri-ciri Penulisan Sejarah Pada Masa Hindu Budha

Berikut ini secara sederhana adalah istilah terkait dengan epat ciri-ciri penulisan sejarah pada masa Hindu-Buddha, yaitu:

  1. Ditulis pada batu-batu atau dikenal dengan prasasti. Penulisan pada batu secara sederhana adalah istilah terkait dengan jejak yang bisa ditelusuri hingga saat ini sebab batu secara sederhana adalah istilah terkait dengan benda yang tidak mudah mengalami pelapukan.
  2. Naskah-naskah kuno yang bisa ditemukan secara sederhana adalah istilah terkait dengan naskah-naskah dari kerajaan-kerajaan terakhir, seperti Maratam dan Majapahit.
  3. Cenderung mengisahkan perjalanan raja- raja sehingga disebut istana sentris. Hal ini disebabkan penulisan tersebut didasarkan terutama pada keinginan dan perintah raja.
  4. Perkembangan penulisan sejarah pada masa Hindu-Budha menghasilkan beberapa kitab keagamaan dan sejarah pemerintahan kerajaan Indonesia.

Prasasti-prasasti Pada Masa Hindu Budha

Ciri-ciri tersebut diatas, dapat dilihat dari beberapa prasasti dari kerajaan­-kerajaan di Indonesia pada masa Hindu-Budha, antara lain:

Prasasti Kerajaan Kutai

Prasasti Kutai di Kalimantan Timur berupa tujuh buah yupa yang diperkirakan dibuat pada tahun 400 M. Prasasti ini menggunakan huruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta yang isinya tentang pelaksanaan kurban yang diperintahkan oleh Mulawarman.

Prasasti Kerajaan Tarumanegara

Prasasti dari Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat. Beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara di antaranya secara sederhana adalah istilah terkait dengan Prasasti Ciaruteun berupa telapak kaki dan sebuah tulisan yang isinya “inilah bekas kaki Yang Mulia Purnawarman raja negeri Taruma yang seperti Dewa Wisnu“. Prasasti Kebon Kopi berupa pahacan kaki gajah, Prasasti Jambu berisi pujian terhadap Raja Purnawarman, Prasasti Pasir Awi memuat syair pujian terhadap raja Purnawarman, dan Prasasti Tugu memuat tentang penggalian sebuah sungai.

Prasasti Kerajaan Sriwijaya

Prasasti Kerajaan Sriwijaya (Palembang), di antaranya secara sederhana adalah istilah terkait dengan Prasasti Kedukan Bukit yang isinya tentang perjalanan Dapunta Hyang untuk menaklukkan beberapa daerah, Prasasti Talang Tuo berisi tentang pembuatan Taman Srikestra, Prasasti Telaga Batu berisi kutukan bagi siapa saja yang tidak setia kepada raja, dan Prasasti Kota Kapur berisi permohonan kepada Dewa untuk menjaga Sriwijaya.

Prasasti Kerajaan Mataram Lama

Prasasti dari Kerajaan Mataram Lama, diantaranya secara sederhana adalah istilah terkait dengan Prasasti Canggal berisi tentang pendirian sebuah lingga atas perintah Sanjaya di atas Kunjarakunja, Prasasti Mantyasih/Kedu berisi tentang nama raja-raja yang memerintah di Mataram sebelum Balitung, dan Prasasti Kelurak yang berisi pembuatan arca Manjusri.

Kemampuan baca tulis yang semakin membaik membuat beberapa ahli sastra Indonesia mampu mengeluarkan karya sastra yang bermutu tinggi. Naskah sastra kuno biasanya ditulis di atas daun lontar sehingga sering disebut dengan kitab lontar. Kitab lontar biasanya ditulis dalam bentuk prosa (gancaran), puisi atau tembang. Kitab sastra Indonesia kuno selain berisi pemikiran sang penulis tentang kehidupan masyarakat juga terdapat saduran dari kitab-kitab sastra yang berasal dari India.

Kitab-kitab Pada Masa Hindu-Budha

Berikut ini secara sederhana adalah istilah terkait dengan kitab-kitab yang ditulis pada masa Hindu-Budha, antara lain:

Zaman Mataram Kuno (Sekitar Abad ke-9 dan 10)

Contoh karya sastra zaman ini secara sederhana adalah istilah terkait dengan Ramayana dan Bharatayudha yang secara sederhana adalah istilah terkait dengan saduran dari kitab aslinya di India.

Zaman Kediri (Sekitar Abad ke-11 dan 12)

Karya sastra dari zaman Kediri secara sederhana adalah istilah terkait dengan Arjunawiwaha yang dikarang oleh Mpu Kanwa tahun 1030 pada masa Raja Airlangga. Kitab tersebut mengisahkan keberhasilan Arjuna mengalahkan Raja Newatakawaca sehingga ia mendapat hadiah senjata dari dewa. Kresnayana yang ditulis oleh Mpu Triguna mengisahkan tentang kehidupan Kresna semasa kecil. Smaradhana yang dikarang oleh Mpu Dharmaja mengisahkan tentang perjalanan Dewa Kama dan Dewi Ratih di dunia yang menjelma menjadi manusia. Bharatayudha yang dikarang oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh mengisahkan perang antara keluarga Pandhawa dengan Kurawa.

Zaman Majapahit (Sekitar Abad ke-14 hingga Abad ke-16).

Contohnya secara sederhana adalah istilah terkait dengan kitab Negara Kertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada masa Hayam Wuruk, mengisahkan tata pemerintahan Majapahit. Sutasoma yang dikarang oleh Mpu Tantular menceritakan tentang Sotasoma, seorang pangeran yang meninggalkan keduniawian dan mendalami Budha. Kutaramanawa yang ditulis Gajah Mada secara sederhana adalah istilah terkait dengan kitab hukum. Pararathon yang tidak diketahui pengarangnya berisi tentang kisah raja-raja sejak Ken Arok hingga Hayam Wuruk. Calon Arang yang juga tidak diketahui pengarangnya mengisahkan seorang janda di Bali yang bernama Calon Arang.

Bahan Yang Digunakan Dalam Penulisan Sejarah

Penulisan Sejarah Pada Masa Hindu Budha

(gambar: a.Naskah Bomakawya yang terbuat dari daun lontar. b.Perhalaan (Kalender Batak) yang menggunakan bahan bambu. c.  Pustaka Batak. Naskah kulit kayu yang berbahasa Batak.)

Berikut ini secara sederhana adalah istilah terkait dengan bahan-bahan yang digunakan masyarakat pada masa aksara untuk mewariskan budaya mereka adalah:

  1. Batu atau yang dikenal dengan prasasti.
  2. Perunggu. Prasasti yang ditulis pada perunggu biasanya telah ada sejak seribu tahun lalu.
  3. Logam  mulia (emas dan perak).
  4. Daun lontar. Daun palem (Borassus flabellifer) dikeringkan dahulu kemudian ditoreh dengan  pisau dan huruf-huruf tersebut dihitamkan dengan jelaga.
  5. Palem nipah (Nipa fruticans). Daun ini lebih tipis dari pada daun tal dan ditulisi dengan tinta hitam memakai pena atau kuas.
  6. Bambu, banyak ditemukan di Sumatra, Lampung, dan Rejang
  7. Dluwang secara sederhana adalah istilah terkait dengan alat tulis yang terbuat dari kulit kayu pohon murbei (Broussonetia papyrifera).
  8. Kulit pohon. Bagian yang dipakai secara sederhana adalah istilah terkait dengan kulit bagian dalam pohon alim (acquilaria).
  9. Kayu. Prasasti dari kayu seringkali dipadukan dengan arsitektur rumah dan masjid di Indonesia.
  10. Kertas. Penggunaan kertas di Indonesia dihubungkan dengan penyebaran agama Islam pada abad ke-13.
  11. Kain.

Menarik lainnya

© 2023 Pengertian.Apa-itu.NET