1. Ciri, Bentuk, dan Peran Platyhelminthes

Ada sekitar 29.000 spesies yang dijelaskan dalam Platyhelminthes filum (Zhang 2011).

Platyhelminthes, atau cacing pipih, mencakup cacing baik yang hidup bebas dan spesies parasit. Filum Platyhelminthes dibagi menjadi dua clade monofiletik, yaitu Catenulida (dengan hanya sekitar 100 spesies yang dikenal, Larsson dan Jondelius 2008) dan Rhabditophora, yang mencakup platyhelminthes hampir semua dikenal (Timothy et al 2004;. Willems et al 2006;. Larsson dan Jondelius 2008).

Platyhelminthes

Mayoritas cacing pipih secara sederhana adalah istilah terkait dengan parasit obligat, baik cacing (anggota kelas Trematoda dan monogenea, seperti trematoda Schistosoma yang menyebabkan schistosomiasis) atau cacing pita (anggota kelas Cestoda, seperti cacing pita daging sapi) (Brusca dan Brusca 2003).

Kelompok-kelompok parasit obligat bersama-sama membentuk clade monofiletik dikenal sebagai Neodermata. Banyak dari cacing pipih parasit memiliki siklus hidup yang kompleks yang melibatkan beberapa host.

Para cacing pipih non-parasit, yang sampai saat ini biasanya ditempatkan bersama dalam kelompok yang dikenal sebagai Turbellaria, terutama yang hidup bebas di laut dan air tawar; sedikit yang terestrial dan beberapa simbiotik di atau invertebrata lainnya (Brusca dan Brusca 2003). Sampai relatif baru-baru ini, Turbellaria dianggap termasuk Acoela (“acoel cacing pipih”) dan Nemertodermatida, yang bersama-sama terdiri dari kelompok yang dikenal sebagai Acoelomorpha.

Kebanyakan cacing pipih yang mencolok diratakan dorsoventrally (yaitu, dari “kembali” ke “perut”). Cacing pita hidup bebas berkisar dari kurang dari 1 mm untuk panjang sekitar 30 cm, tetapi beberapa cacing pita bisa mencapai beberapa meter (Brusca dan Brusca 2003).

Ciri-ciri Platyhelminthes

Platyhelminthes memiliki tubuh pipih dorsolventral. Dibandingkan dengan Nemathelminthes dan Annelida tingkatnya paling rendah, antara lain karena alat percernaan makanannya belum sempurna. Platyhelminthes mempunyai alat mulut dengan usus yang bercabang-cabang ke seluruh sel-sel tubuh (gastrovaskular) dan tanpa anus seperti hewan Coelenterata

Platyhelminthes mempunyai ciri-ciri khusus sebagai berikut:

  • Tubuh pipih seperti pita, tidak bersegmen, dan simetris bilateral
  • Dinding tubuh terdiri atas tiga lapisan yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm 9juga disebut triploblastik)
  • Alat pencernaan berupa gastrovaskular
  • Epidermis lunak dan ada yang bersilia, terdapat alat penghisap atau kait terutama pada cacing yang bersifat parasit
  • Sistem ekskresi terdiri atas sel-sel api, yaitu sel-sel berbulu getar yang berhubungan dengan saluran ekskresi (flame sel atau solenosit)
  • Bersifat hemafrodit, reproduksi secara generatif dengan menghasilkan telur yang bersifat mikroskopis
  • Tidak memiliki skeleton, rongga hidup, sistem peredaran darah, da sistem respirasi

Bentuk Tubuh Platyhelminthes

Tubuh Platyhelminthes simetri bilateral yang berbentuk pipih. Ukuran platyhelmintes hingga 20 meter panjangnya. Platyhelminthes secara sederhana adalah istilah terkait dengan hewan triploblastik yang terdiri dari ektoderm, mesoderm, dan endoderm.

Platyhelminthes tidak memiliki rongga tubuh atau aselomata. Sistem pencernaan pada Platyhelminthes terdiri dari mulut, faring dan usus. Sistem pencernaan Platyhelminthes disebut sistem pencernaan satu lubang. Platyhelminthes tidak memiliki sistem respirasi dan ekskresi.

Pernapasan dilakukan secara difusi oleh seluruh sel tubuh Platyhelminthes. Platyhelminthes tertentu memiliki sistem saraf tangga tali. Sistem saraf tangga tali terdiri dari sepasang simpu saraf (ganglia) dengan sepasang tali saraf yang memanjang dan bercabang melintang seperti tangga.

Organ reproduksi jantan dan betina berada di dalam satu individu Platyhelminthes sehingga disebut hermafrodit.

Sistem Reproduksi Platyhelminthes

Reproduksi Platyhelminthes
Sistem Reproduksi Platyhelminthes

Reproduksi terjadi secara seksual dan aseksual. Repproduksi tergantung pada panjangnya hari dan temperatur. Reproduksi seksual terjadi pada siang pendek dan udara dingin. Reproduksi aseksual terjadi pada siang panjang dan udara hangat.

Reproduksi seksual terjadi melalui perkawinan silang. Pada perkawinan silang, dua Planaria melekatkan diri pada bagian ventral sehingga lubang kelamin (porus genitalis) berhadapan dan bersinggungan, maka terjadilah fertilisasi internal . Hal ini dapat terjadi jika sel kelamin sudah masak. Planaria bersifat hermafrodit.

Akan tetapi, sperma tidak dapat membuahi sel telur dari tubuhnya sendiri, karena masa pemasakan sperma dan sel telur berbeda. Reproduksi secara aseksual dengan regenerasi, yaitu diawali dengan badan yang bertambah panjang dan bagian tubuh dekat faring sedikit demi sedikit menyempit dan akhirnya terputus.

Bagian yang terputus akan melengkapi diri. Masing-masing akan menjadi tubuh yang baru dan lengkap. Kemampuan untuk melengkapi bagian tubuh yang hilang atau rusak disebut regenerasi.Planaria dikenal memiliki daya regenerasi yang tinggi.

Sistem Pencernaan Platyhelminthes

Saluran pencernaannya terdiri dari mulut, faring, dan usus. Hewan ini tidak mempunyai anus. Saluran pencernaan makanan berawal dari mulut yang terdapat di bagian ventral, kurang lebih di bagian tengah tubuh. Faring dapat dijulurkan dan berhubungan dengan anus (rongga gastrovaskuler).

Beberapa Planaria mempunyai usus yang bercabang tiga: satu cabang ke arah anterior dan dua cabang ke arah posterior. Tiap-tiap cabang usus tersebut bercabang lagi ke seluruh tubuh. Ketiga cabang usus tersebut bergabung kembali di faring. Makanan masuk melalui mulut, dan hasil pencernaan diedarkan ke seluruh tubuh melalui cabang-cabang usus, sedangkan sisa makanan yang tidak tercerna dikeluarkan melalui mulut.

Sistem Ekskresi Platyhelminthes

Hewan ini mengekskresikan sisa-sisa metabolisme berupa nitrogen melalui permukaan tubuhnya. Sistem osmoregulasi berupa protonefridia yang terdiri dari sel-sel api yang tersebar di tepi tubuh.

Sel-sel api ini berupa pipa berongga yang dilengkapi seberkas silia. Jika silia bergetar, maka cairan dalam tubuh terdorong masuk ke dalam saluran yang berhubungan dengan pori-pori permukaan tubuh.

Sistem Saraf Platyhelminthes

Sistem saraf terdiri dari ganglia yang terdapat di kepala. Dari masing-masing ganglia ini terdapat seberkas saraf yang memanjang ke arah posterior pada bagian tepi/lateral tubuh. Setiap berkas saraf bercabang-cabang secara horisontal menghubungkan kedua berkas saraf lateral hingga membentuk sistem saraf tangga tali.

Ganglia ini dapat dianggap sebagai otak hewan tersebut. Saraf lateral bercabang-cabang ke arah luar dari tali saraf ke otot-otot tubuh. Cabang-cabang saraf ini sebagai saraf tepi. Kedua tali saraf tersebut bertemu di ujung depan dan ujung belakang.

Pada bagian ujung anterior tubuh terdapat alat yang peka terhadap rangsang cahaya, yakni sepasang bintik mata.

Peran Platyhelminthes

Pada umumnya Platyhelminthes merugikan, sebab parasit pada manusia maupun hewan. Agar terhindar dari infeksi cacing parasit (cacing pita) sebaiknya dilakukan beberapa cara, antara

  • Memutuskan daur hidupnya,
  • Menghindari infeksi dari larva cacing,
  • Tidak membuang tinja sembarangan (sesuai dengan syarat-syarat hidup sehat),dan
  • Tidak memakan daging mentah atau setengah matang (masak daging sampai matang).

Platyhelmintes yang menguntungkan: Planaria sp

Menarik lainnya

© 2024 Pengertian.Apa-itu.NET