Contoh Majas Alegori Dalam Puisi

1. Hujan

Karya Tere Liye

 

Jangan jatuh cinta saat hujan.

karena ketika besok lusa kamu patah hati,

setiap kali hujan turun, kamu akan terkenang dengan kejadian menyakitkan itu.

Saat orang lain bahagia menatap hujan,

Kamu justru nelangsa melihat keluar jendela.

2. Penyair

Karya Kahlil Gibran

 

Dia adalah rantai manis penghubung antara dunia ini dan dunia akan datang,

kolam air manis untuk jiwa-jiwa yang kehausan.

Dia adalah sebatang pohon tertanam,

di lembah sungai keindahan, memikul berbuah ranum,

bagi hati lapar yang mencari

3. Hujan

Karya Tere Liye

 

Kesibukan adalah cara terbaik melupakan banyak hal,

membuat waktu melesat tanpa terasa.

Apakah esok sudah melupakannya?

Apakah esok baik-baik saja?

Apakah esok juga memikirkannya?

 

4. Sajak Matahari

S. Rendra

 

Matahari bangkit dari sanubariku.

Menyentuh permukaan samodra raya.

Matahari keluar dari jidatku, wahai kamu, wanita miskin!

Kakimu terbenam di dalam lumpur.

Kamu harapkan beras seperempat gantung,

dan di tengah sawah tuan tanah menanammu!

5. Tahanan

S. Rendra

 

Atas ranjang batu, tubuhnya panjang,

bukit barisan tanpa bulan kabur dan lihat dengan mata sepikan terali.

Di lorong-lorong jantung matanya para pemuda bertangan merah serdadu-serdadu Belanda rebah.

Di mulutnya menetes lewat mimpi darah di cawan tembikar,

dijelmakan satu senyum barat di perut gunung

6. Kehidupan

Karya Kahlil Gibran

 

Engkau telah dibisikkan bahwa hidup adalah kegelapan dan dengan penuh ketakutan.

Engkau sebarkan apa yang telah dituturkan kepadamu penuh kebimbangan.

Kuwartakan padamu bahwa hidup adalah kegelapan jika tidak diselimuti oleh kehendak,

dan segala kehendak akan buta bila tidak diselimuti pengetahuan,

dan segala macam pengetahuan akan kosong bila tidak diiringi kerja,

dan segala kerja hanyalah kehampaan kecuali disertai cinta.

7. Engkau Pujaanku

Aku sama sekali tidak merasa letih mencarimu

Walaupun rasanya berliku-liku layaknya jalan perbukitan yang terjal,

penuh bebatuan dan rintangan

Aku yakin kesabaranku akan menuntunku kepadamu

 

Aku tak akan merasa lelah mendapatkanmu

Meskipun rasanya seperti habis berlari ribuan kilo

Yakin, kesabaran maupun perjuangan

Akan membimbingku menuju ke tempatmu

 

8. Kita Manusia

Yang pergi kini tidak kunjung kembali

Yang setia menanti bahkan sampai tidak kuat untuk berdiri sendiri

Yang selalu mencari kini tidak bisa mengganti

Yang hidup dalam bayang-bayang kini menjadi ketergantungan dengan sesuatu yang telah hilang

9. Panorama Kehidupan

Angin berhembus ke arah penghidupan

Menikmati sebuah panorama alam di waktu pagi,

merasakan betapa sejuknya alam yang penuh kedamaian ini.

Burung-burung pun mulai muncul dari sangkarnya,

berterbangan untuk mulai mencari semua yang diperlukannya.

Awan hitam tak lagi menyelimuti,

kini telah menjadi awan biru yang indah

dan menjadi langit yang begitu menakjubkan.

Langit yang dihiasi berbagai lukisan itu

membuat hati semakin damai

dan membuat sepasang mata ini semakin kagum

10. Ayah

Aku mengenangmu kembali ayah,

dalam gelapnya malam aku tersedu, mencoba menahan semua keraguan dan pilu.

Mengapa sang waktu begitu cepat berlalu,

mengapa Allah lebih mencintai dirimu dibandingkan aku,

apa kesalahan dan dosaku, Ayah?

11. Hidup Akan Selalu Berjalan

Mengapa masih menangis ketika engkau bisa melontarkan senyuman?

Mengapa air mata selalu keluar di saat kesedihan menghampiri?

Cobalah tengok keluar sejenak,

Di sana banyak orang yang jauh lebih menderita

Perhatikan mereka!

Pertimbangkan baik-baik sebelum bersedih hati

Lalu, ucapkan rasa syukur atas semua yang telah didapatkan selama ini

12. Senandung Hitam

Hitam tak selalu berarti malam

Gelap selalu dijadikan simbol kekelaman

Aku terpaku di suatu malam, malam yang kelam tanpa kehadiran bintang-bintang

Lihatlah, kini aku hanya melihat hitam

Lihatlah, aku juga melihat gelap

Lihatlah, aku yang menatap malam penuh kekosongan tanpa harapan

Siang pun sirna, seakan dunia telah terbelenggu hitam

Tanpa kehadiran cahaya, bahkan tanpa warna, yang ada hanyalah seorang pelantun nada

13. Langit Biru

Pandanglah langit itu,

barangkali akan kau lihat awan-awan yang menggumpal dengan latar biru,

barangkali kau juga akan merasakan ketenangan,

sejenak terdiam, angan-angan mulai melayang layaknya elang,

berpikir dalam satu hari terdapat 24 jam dan membiarkan sepersekian detik waktu berlalu tanpa

adanya titik, dalam sekali tepukan, lamunan pun menjadi lapuk

14. Kausa

Tiba-tiba porosmu hadir

Membimbingku masuk ke dimensi dalam dirimu yang belum pernah aku tahu

Aku selalu mengingat bahwa kau telah memberiku nama

Kini, apa yang harus aku lakukan?

15. Hati Mendoakanmu

Pagi datang kembali

membuat sibuk para manusia pemberani,

seberkas cahaya singgah dan menyentuh hati ini

keberanian pun kini muncul lagi.

Aku terus memandangnya, namun tidak kunjung menjadi nyata,

aku sangat tersiksa seeprti sebuah luka yang menusuk hingga ke relung hati

16. Tempat Bercerita

Bagimu, tak ada satu pun tempat paling nyaman untuk bercerita kecuali di atas sebuah sajadah

Tubuh menghadap kiblat sembari kedua tanganmu diangkat dan berkata “Ya Allah, aku …”

Lalu, mulailah kau bercerita tentang apa pun yang kau rasakan

Meskipun ku yakin Allah maha tahu, namun kau tetap duduk bersimpuh tuk mengadu

Kemudian selalu kau pastikan Allah telah mendengarkan doa-doamu

Mengenai sebuah pertemuan yang bisa menguatkan,

Perpisahan yang akan meniadakan sesuatu, kebahagiaan yang terasa sejuk,

dan kesedihan yang membuatmu tersungkur.

17. Bagian Terbaikku

Paru-paruku terasa begitu sesak, hatiku bersih,

Tanganku terluka akibat goresan kemarin malam,

dan rambutku yang tipis dan basah kini terjatuh di tempat salah,

hingga membuatku merasa kurang nyaman

18. Kepingan Sajak

Bolehkan aku bertanya kepadamu wahai sang rembulan,

kenapa senyummu semakinhari kian menawan?

Bolehkah aku juga bertanya kepada para bintang,

kapan aku dapat menyampaikan rasa ini dengan lantang?

Bolehkah aku melontarkan pertanyaan kepada sang surya,

bagaimana agar aku mampu mengalihkan pandanganku dari senyummu?

Menarik lainnya

© 2023 Pengertian.Apa-itu.NET