Bentuk-Bentuk Pariwisata

Menurut Muljadi (2009), Bentuk-bentuk pariwisata yang dikenal masyarakat umum, antara lain:

  • Menurut Jumlah Orang yang Berpergian

Pariwisata individu/perorangan {individual tourism), yaitu bila seseorang atau sekelompok orang dalam mengadakan peijalanan wisatanya melakukan sendiri dan memilih daerah tujuan wisata beserta programnya serta pelaksanaannya dilakukan sendiri.

Pariwisata kolektif {collective tourism), yaitu suatu usaha perjalanan wisata yang menjual paketnya kepada siapa saja yang berminat, dengan keharusan membayar sejumlah uang yang telah ditentukannya.

  • Menurut Motivasi Perjalanan

  1. Pariwasata rekreasi {recreational tourism) adalah bentuk pariwisata untuk beristirahat guna memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohani dan menghilangkan kelelahan.
  2. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (pleasure tourism) adalah bentuk pariwisata yang dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, untuk mencari udara segar, untuk memenuhi kehendak ingin tahunya, untuk menikmati hiburan dan lain-lain.
  3. Pariwisata budaya {cultural tourism) adalah bentuk pariwisata yang ditandai dengan rangkaian motivasi seperti keinginan untuk belajar adat istiadat dan cara hidup rakyat negara lain, studi-studi/riset pada penemuan-penemuan, mengunjungi tempat-tempat peninggalan kuno/bersejarah dan lain-lain.
  4. Pariwisata olahraga (sports tourism).

Bentuk pariwisata ini dapat dibedakan menjadi 2 kategori:

Pertama : Big Sports Events, yaitu peristiwa-peristiwa olahraga besar yang menarik perhatian, baik olahragawannya sendiri maupun penggemarnya (supporter).

Kedua : Sporting Tourism of the Practitioners, yaitu bentuk olahraga bagi mereka yang ingin berlatih atau mempraktikkan sendiri, seperti: mendaki gunung, olahraga naik kuda, berburu, memancing dan lain-lain.

Pariwisata untuk urusan usaha (business tourism) adalah bentuk pariwisata yang dilakukan oleh kaum pengusaha atau industrialis, tetapi dalam perjalanannya hanya untuk melihat eksibisi atau pameran dan sering mengambil dan memanfaatkan waktu untuk menikmati atraksi di negara yang dikunjungi.

Pariwisata untuk tujuan konvensi (convention tourism) adalah bentuk pariwisata yang dilakukan oleh orang-orang yang akan menghadiri pertemuan-pertemuan ilmiah seprofesi dan politik. Tempat konferensi dituntut tersedia fasilitas yang lengkap, modem dan canggih baik tempat penyelenggaraan, beserta peralatannya, penginapan dan lain-lainnya yang terkait dengan penyelenggaraan tour (kunjungan wisata).

  • Menurut Waktu Berkunjung

Seasional tourism adalah jenis pariwisata yang kegiatannya berlangsung pada musim-musim tertentu. Termasuk dalam kelompok ini musim panas (summer tourism) dan musim dingin (winter tourism).

Occasional tourism adalah kegiatan pariwisata yang diselenggarakan dengan mengkaitkan kejadian atau event tertentu, seperti Galungan di Bali dan Sekaten di Jogja.

  • Menurut Objeknya

Cultural tourism adalah jenis pariwisata yang disebabkan adanya daya tarik seni dan budaya di suatu daerah/tempat, seperti peninggalan nenek moyang, benda-benda kuno dan sebagainya.

Recuperational tourism yaitu orang-orang yang melakukan peijalanan wisata bertujuan untuk menyembuhkan suatu penyakit.

Commercial tourism adalah perjalanan yang dikaitkan dengan perdagangan seperti penyelenggaraan expo, fair, exhibition dan sebagainya.

Political tourism adalah suatu perjalanan yang dilakukan dengan tujuan meihat dan menyaksikan peristiwa atau kejadian yang berhubungan dengan kegiatan suatu negara.

  • Menurut Alat Angkutan

Land tourism adalah jenis pariwisata yang di dalam melaksanakan kegiatannya menggunakan kendaraan darat seperti bus, kereta api, mobil pribadi atau taksi dan kendaraan darat lainnya.

Sea or river tourism adalah kegiatan pariwisata yang menggunakan sarana transportasi air seperti kapal laut, ferry dan sebagainya.

Air tourism adalah kegiatan pariwisata yang menggunakan sarana transportasi udara seperti pesawat terbang, helikopter dan sebagainya.

  • Menurut Umur

Youth tourism atau wisata remaja adalah jenis pariwisata yang dikembangkan bagi remaja dan pada umumnya dengan harga relatif murah dan menggunakan sarana akomodasi youth hostel.

Adult tourism adalah kegiatan pariwisata yang diikuti oleh orang-orang berusia lanjut. Pada umumnya orang-orang yang melakukan perjalanan ini adalah mereka yang menjalani masa pensiun.

Jenis-jenis wisata

Menurut Ismayanti (2010) jenis wisata dibagi menjadi beberapa jenis, antara

lain:

  1. Wisata Olahraga

Wisata ini memadukan kegiatan olahraga dengan kegiatan wisata. Kegiatan dalam wisata ini dapat berupa kegiatan olahraga aktif yang mengharuskan wisatawan melakukan gerak olah tubuh secara langsung. Kegiatan lainnya dapat berupa kegiatan olahraga pasif. Dimana wisatawan tidak melakukan gerak olah tubuh, melainkan hanya menjadi penikmat dan pecinta olahraga saja.

  1. Wisata Kuliner

Motivasi dalam jenis wisata ini tidak semata-mata hanya untuk mengenyangkan dan memanjakan perut dengan aneka ragam masakan khas dari daerah tujuan wisata, melainkan pengalaman yang menarik juga menjadi motivasinya. Pengalaman makan dan memasak dari aneka ragam makanan khas tiap daerah membuat pengalaman yang didapat menjadi lebih istimewa.

  1. Wisata Religius

Wisata ini dilakukan untuk kegiatan yang bersifat religi, keagamaan, dan ketuhanan.

  1. Wisata Agro

Wisata ini memanfaatkan usaha agro sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, dan rekreasi. Dimana usaha agro yang biasa dimanfaatkan bisa berupa usaha di bidang pertanian, peternakan, perkebunan, perhutanan, maupun perikanan.

  1. Wisata Gua

Wisata gua merupakan kegiatan melakukan eksplorasi ke dalam gua dan menikmati pemandangan yang ada di dalam gua.

  1. Wisata Belanja

Wisata ini menjadikan belanja sebagai daya tarik utamanya.

  1. Wisata Ekologi

Jenis wisata ini merupakan bentuk wisata yang menarik wisatawan untuk peduli kepada ekologi alam dan sosial.

Berbagai jenis wisata dapat berkembang dikemudian hari, seiring berubahnya keinginan dan ketertarikan dari wisatawan. Hal ini tentunya dapat membuka bisnis pariwisata yang harus mempertimbangkan keinginan dan kebutuhan yang diminati oleh wisatawan.

Pengertian Wisatawan

Dalam kegiatan pariwisata erat kaitannya dengan wisatawan. Adapun definisi wisatawan menurut The International Union of Office Travel Organization (IUOTO) dan World Tourism Organization (WTO) (dalam Muljadi, 2009, hal.ll) “75 any person who trcn’els to a country other than that in which she/he has his her usual residence but outside his her usual environment for a period not exceeding 12 month and whose main purpose of visit is other than the exercise of an activity remuneratedfrom within the country visited”.

Pengertian di atas dapat diartikan bahwa seseorang yang melakukan peijalanan ke negara lain selain negara atau diluar tempat kediamannya dengan tujuan utama kunjungan selain alasan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah. Termasuk dalam definisi ini penumpang kapal pesiar yang kembali ke kapal pesiarnya untuk menginap walaupun kapal tersebut berlabuh di pelabuhan untuk jangka waktu beberapa hari.

Menurut Sugiama (2011) bahwa wisatawan adalah orang yang melakukan peijalanan wisata untuk maksud beristirahat/berlibur, berbisnis, atau untuk perjalanan lainnya seperti berobat, kunjungan keagamaan dan untuk perjalanan studi. Dengan mengadakan perjalanannya dan meninggalkan tempat tinggalnya dalam waktu sementara, seseorang dapat dikatakan sebagai wisatawan. Selain itu, dalam perjalanannya seorang wisatawan memiliki maksud tujuan, seperti beristirahat, berbisnis atau maksud lainnya dalam berwisata.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa wisatawan adalah seseorang yang melakukan suatu perjalanan wisata ke tempat tujuan yang berada di luar tempat tinggalnya tetapi tidak untuk menetap. Adapun tujuan dari perjalanannya disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginannya, seperti berlibur, berbisnis, kunjungan keagamaan dan tujuan lainnya.

Perjalanan yang dilakukan seseorang akan terlaksana apabila adanya permintaan untuk melakukan perjalanan wisata dan adanya penawaran dari pihak- pihak yang terlibat dalam industri pariwisata. Hal ini termasuk ke dalam proses pemasaran pariwisata.

Pemasaran Pariwisata

Pemasaran pariwisata (tourism marketing) sangat kompleks sifatnya, dibandingkan dengan pemasaran barang-barang yang dihasilkan perusahaan manufaktur. Hal ini karena produk daripada industri pariwisata mempunyai ciri- ciri khas dibandingkan dengan produk berupa barang. Salah satunya produk pariwisata saling berkaitan dengan perusahaan, instansi dan lembaga dalam masyarakat (Yoeti, 1996).

Secara umum pengertian pemasaran pariwisata yang dikemukakan oleh Yoeti (dalam Muljadi, 2009) adalah seluruh kegiatan untuk mempertemukan permintaan {demand) dan penawaran {supply), sehingga pembeli mendapat kepuasan dan penjual mendapat keuntungan maksimal dengan risiko seminimal mungkin.  Dengan adanya kegiatan pemasaran pariwisata akan membantu dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan untuk mencapai kepuasannya.

Keberhasilan suatu program pemasaran dalam bidang kepariwisataan ditentukan oleh faktor kesamaan pandangan terhadap peranan pariwisata bagi pembangunan daerah. Sebelum melakukan program pemasaran harus ada komitmen dari semua unsur terkait bahwa pariwisata merupakan sektor ekonomi yang bersifat quick yielding (cepat menghasilkan) dan agent of development bagi daerah tersebut (Yoeti, 2002).

Wahab, dkk (dalam Yoeti, 2002) memberikan batasan tentang pemasaran pariwisata, sebagai berikut:

  1. Suatu proses manajemen yang dilakukan oleh Organisasi Pariwisata Nasional dengan bekerjasama dengan organisasi pariwisata swasta, PHRI, ASITA dan pihak-pihak lainnya.
  2. Mengidentifikasi kelompok wisatawan yang sudah memiliki keinginan melakukan perjalanan wisata (actual demand) dan kelompok wisatawan yang memiliki potensi akan melakukan perjalanan wisata pada masa yang akan datang (potential demand).
  3. Melakukan komunikasi dan mempengaruhi keinginan, kebutuhan dan memotivasi wisatawan terhadap yang disukai atau tidak disukai, baik tingkat lokal, regional, nasional atau intemasional.
  4. Menyediakan objek dan atraksi wisata yang sesuai dengan wisatawan untuk mencapai kepuasannya.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka pemasaran pariwisata adalah usaha yang dilakukan oleh organisasi pariwisata nasional atau daerah untuk menarik wisatawan lebih banyak datang, lebih lama tinggal dan lebih banyak mengeluarkan uang di daerah tujuan wisata.

Produk Wisata

Secara definisi umum produk menurut Suwantoro (2004), adalah sesuatu yang dihasilkan melalui suatu proses produksi. Dalam pengertian ini bahwa tujuan akhir dari suatu proses produksi yaitu suatu barang (produk) yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan guna memenuhi kebutuhan manusia.

Produk industri pariwisata adalah semua bentuk pelayanan yang dinikmati wisatawan, semenjak meninggalkan tempat tinggalnya, selama berada di tempat yang dikunjunginya dan sampai kembali pulang ke tempat tinggalnya (Yoeti, 2002). Muljadi (2009), menambahkan produk wisata adalah bentukan yang nyata dan tidak nyata dalam suatu kesatuan rangkaian peijalanan tersebut dimaksudkan dapat memberikan pengalaman yang baik bagi yang melakukan peijalanan.

Produk wisata dikemas dalam berbagai jasa, dimana satu dengan yang lainnya saling terkait dan dihasilkan oleh berbagai perusahaan pariwisata. Perusahaan- perusahaan tersebut antara lain; perusahaan akomodasi, angkutan wisata, biro peijalanan, restoran, daya tarik wisata dan perusahaan lain yang terkait. Oleh karena itu, produk wisata yang tersedia di suatu daerah pada hakikatnya dapat memberikan citra wisata dan kesan (image) perjalanan wisata seseorang (Suwantoro, 2004).

Ciri-Ciri Produk Wisata

Menurut Suwantoro (2004) ciri-ciri produk wisata, antara lain:

  1. Hasil atau produk wisata tidak dapat dipindahkan. Karena itu dalam penjualannya produk tidak dibawa ke konsumen (wisatawan). Sebaliknya, konsumen (wisatawan) harus dibawa ke tempat produk dihasilkan.
  2. Produksi dan konsumsi teijadi pada tempat dan saat yang sama. Tanpa adanya konsumen (wisatawan) membeli produk/jasa, maka tidak akan teijasi produksi.
  3. Produksi wisata tidak menggunakan standar ukuran fisik, tetapi menggunakan standar pelayanan dengan kriteria tertentu.
  4. Konsumen (wisatawan) tidak dapat mencoba contoh produk/jasa tersebut sebelumnya, bahkan tidak dapat mengetahui atau menguji sebelum digunakan produk/jasa tersebut.
  5. Hasil atau produk wisata banyak bergantung pada tenaga manusia dan sedikit menggunakan tenaga mesin.
  6. Produk wisata merupakan usaha yang mengandung resiko.

Berdasarkan penjelasan di atas, produk-produk wisata sangat erat hubungannya dengan kunjungan wisatawan. Produk wisata yang tersedia akan memiliki citra dan kesan {image) yang baik dari wisatawan, apabila dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan dalam mencapai kepuasannya.

Daya Tarik Wisata

Dalam kegiatan pariwisata sangat erat kaitannya dengan daya tarik wisata. Daya tarik wisata yang disebut juga objek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata (Suwantoro, 2004). Semakin tinggi daya tarik yang dimiliki suatu objek wisata, maka dapat menarik lebih banyak kehadiran wisatawan untuk datang berkunjung ke daerah tujuan wisata.

Menurut Damanik dan Weber (2006), daya tarik (atraksi) diartikan sebagai objek wisata (baik yang bersifat tangible maupun intangible) yang memberikan kenikmatan kepada wisatawan. Dari penjelasan diatas daya tarik merupakan produk dari suatu daerah tujuan wisata, yang bersifat nyata (barang) maupun tidak nyata (jasa) yang dapat memberikan kenikmatan kepada wisatawan. Damanik dan Weber (2006) mengungkapkan kualitas produk harus memiliki 4 hal, diantaranya:

  1. Keunikan

Keunikan merupakan kombinasi kelangkaan dan daya tarik yang khas melekat pada suatu objek wisata. Hal ini merupakan keunggulan produk dalam persaingan pasar.

  1. Otensitas

Otensitas merupakan sebuah kategori nilai yang memadukan sifat alamiah eksotis, dan bersahaja dari suatu daya tarik ekowisata.

  1. Originalitas

Originalitas mencerminkan keaslian atau kemurnian, yakni seberapa jauh suatu produk tidak terkontaminasi oleh atau tidaknya mengadopsi nilai atau model dengan nilai aslinya.

  1. Keragaman

Keragaman/diversitas produk adalah keanekaragaman produk dan jasa yang ditawarkan.

Perilaku Wisatawan

Dalam memahami perilaku wisatawan sebaiknya kita harus mengetahui terlebih dahulu mengenai perilaku konsumen. Menurut Suhartanto (2008), perilaku konsumen adalah keseluruhan proses ketika seorang konsumen mengkonsumsi suatu barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhannya. Sementara Sugiama (2010), Perilaku konsumen adalah tingkah laku yang ditunjukkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, menilai dan menyisihkan barang/jasa serta gagasan mereka untuk memenuhi kepuasan atas kebutuhan dan keinginannya.

Setiap konsumen berupaya memuaskan kebutuhan dan keinginannya dengan mengorbankan waktu, tenaga dan biaya. Dengan adanya pengorbanan yang dilakukan, maka ketika konsumen membeli suatu produk, ia akan mempertimbangkan berbagai hal untuk kemudian menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil keputusannya (Sugiama, 2010).

Setiap wisatawan yang akan melakukan perjalanannya, tentu terlebih dahulu akan melalui proses pengambilan keputusan mengenai daerah tujuan wisata yang dikunjungi. Sugiama (2010), menyebutkan bahwa terdapat 4 hal yang mempengaruhi proses keputusan wisatawan, antara lain: sikap, persepsi, motivasi dan citra (image). Dengan demikian, perilaku wisatawan dapat dipahami berdasarkan minat, motivasi, persepsi, sikap ataupun kepribadian seseorang dalam melakukan suatu perjalanan.

Itulah ulasan tenang Pengertian Parawisata Menurut Para Ahli Terlengkap. Semoga apa yang diulas diatas bermanfaat bagi pembaca. Sekian dan terimakasih.

Baca Juga :

Menarik lainnya

© 2023 Pengertian.Apa-itu.NET