Apa yang dimaksud dengan Prasasti

Prasasti adalah teks yang diukir di permukaan yang keras. Meskipun prasasti sebagian besar diukir pada batu nisan dan koin di dunia kontemporer, prasasti dan epigraf adalah norma populer penulisan atau menyalin informasi di zaman kuno. Prasasti diukir pada bahan-bahan seperti batu, marmer dan logam seperti perunggu, perak, dan emas. Kata-kata diukir pada permukaan ini dengan menggunakan alat keras seperti pahat. Karena prasasti ini dibuat pada permukaan yang keras dan kokoh, prasasti ini tahan lama dan ulet. Prasasti yang dibuat pada peradaban awal masih ada sampai sekarang karena daya tahan ini. Selain itu, tidak ada upaya khusus yang harus dilakukan untuk melestarikan prasasti, tidak seperti dalam kasus manuskrip. Di sisi lain, pembuatan prasasti mungkin membutuhkan banyak waktu dan usaha.

Sebelum penemuan kertas, ini adalah metode pencatatan informasi; prasasti mengandung informasi yang berbeda seperti teks agama, hukum, dan kebijakan, derajat politik, pengumuman publik, dll. Namun, jika dibandingkan dengan teks yang ditulis di atas kertas, prasasti itu panjangnya lebih sedikit.

Etimologi Prasasti

Kata prasasti berasal dari Sanskerta, arti sebenarnya adalah “pujian”. Tapi kemudian dianggap sebagai “piagam, maklumat, surat keputusan, undang-undang atau tulisan”. Di antara arkeolog disebut prasasti prasasti, sementara di kalangan awam disebut batu bertulis atau batu bertulis.

Meskipun itu berarti “pujian”, tidak semua prasasti memuat pujian (raja). Sebagian besar prasasti yang dikenal untuk membuat keputusan tentang pembentukan daerah pedesaan atau daerah menjadi sima atau perdikan. Sima diberi tanah oleh raja atau penguasa kepada orang-orang yang dianggap berjasa. Karena keberadaan tanah yang dilindungi oleh sima kerajaan.

Isi Prasasti 

  • Wangna pun ini sakakala, prebu ratu purane pun,
  • diwastu diya wingaran prebu guru dewataprana.
  • di wastu diya wingaran sri baduga maharaja ratu haji di pakwan pajajaran seri sang ratu dewata
  • pun ya nu nyusuk na pakwan.
  • diva anak rahyang dewa niskala sa(ng) sida mokta dimguna tiga i(n) cu rahyang niskala-niskala wastu ka(n) cana sa(ng) sida mokta ka nusalarang.
  • ya siya ni nyiyan sakakala gugunungan ngabalay nyiyan samida, nyiyan sa(ng)h yang talaga rena mahawijaya, ya siya, o o i saka, panca pandawa e(m) ban bumi.

Terjemahan bebasnya kira-kira sebagai berikut.

  • Semoga selamat, ini tanda peringatan Prabu Ratu almarhum
  • Dinobatkan dia dengan nama Prabu Guru Dewataprana,
  • dinobatkan (lagi) dia dengan nama Sri Baduga Maharaja Ratu Aji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata.
  • Dialah yang membuat parit (pertahanan)
  • Dia putera Rahiyang Dewa Niskala yang dipusarakan di Gunatiga, cucu Rahiyang Niskala Wastu Kancana yang dipusarakan ke Nusa Larang.
  • Dialah yang membuat tanda peringatan berupa gunung-gunungan, membuat undakan untukhutan Samida, membuat Sahiyang Telaga Rena Mahawijaya (dibuat) dalam (tahun) Saka “Panca Pandawa Mengemban Bumi

Sejarah Prasasti Di Indonesia

Sampai saat ini, prasasti tertua di Indonesia itu teridentifikasi berasal dari abad ke-5 Masehi, yakni prasasti Yupa yang berasal dari kerajaan Kutai, Kalimantan Timur. Prasasti itu berisikan mengenai sebuah hubungan genealogi pada masa pemerintahan raja Mulawarman. Prasasti Yupa tersebut merupakan prasasti batu yang ditulis dengan menggunakan huruf Pallawa serta bahasa Sanskerta. Periode terbanyak pengeluaran prasasti ini terjadi pada abad ke-8 itu sampai abad ke-14. Pada waktu itu aksara yang banyak digunakan itu ialah aksara Pallawa, Prenagari, Melayu Kuno, Sunda Kuno, Sanskerta, Jawa Kuno, serta juga Bali Kuno. Bahasa yang digunakan itu juga bervariasi dan dasarnya ialah bahasa Sanskerta, Jawa Kuno, Sunda Kuno, serta juga Bali Kuno.

Prasasti tersebut dapat ditemukan dalam bentuk angka tahun atau pun juga tulisan singkat. Angka tahun tersebut dapat ditulis dengan angka atau juga  candrasengkala, baik kata-kata atau juga tulisan. Tulisan singkat tersebut dapat ditemukan pada dinding candi, pada ambang pintu bagian atas serta juga pada batu-batu candi.

Pada zaman kerajaan Islam, prasasti ini menggunakan aksara serta bahasa Arab ataupun aksara Arab itu tapi berbahasa Melayu aksara Pegon. Sebagian besar prasasti tersebut terdapat pada lempengan-lempengan tembaga bersurat, makam, masjid, hiasan dinding, baik itu di masjid atau juga dirumah para bangsawan, pada cincin cap serta cap kerajaan, mata uang, meriam, dan juga lain sebagainya. Pada masa yang lebih muda yakni di masa kolonial, aksara Latin itu banyak digunakan, melingkupi bahasa Inggris, Portugis, dan juga Belanda. Prasasti Latin ini umumnya terdapat pada gereja, rumah dinas pejabat kolonial, benteng, tugu peringatan, meriam, mata uang, cap, serta juga makam. Prasasti beraksara dan jjugaa berbahasa Tionghoa itu juga dikenal di Indonesia yang tersebar antara masa Klasik itu sampai pada masa Islam. Prasasti itu terdapat pada mata uang, benda porselin, gong perunggu dan juga batu kubur yang biasanya terbuat dari batuan pualam.

Bahan Membuat Prasasti

Bahan yang digunakan untuk menuliskan prasasti ini biasanya berupa batu atau juga lempengan logam, daun, serta kertas. Selain andesit, batu yang digunakan itu adalah batu kapur, pualam, serta basalt. Dalam arkeologi, prasasti batu tersebut dikenal dengan sebutan upala prasasti. Prasasti logam yang umumnya itu terbuat dari tembaga serta perunggu, biasa disebut dengan sebtuan tamra prasasti. Hanya sedikit sekali prasasti yang berbahan lembaran perak serta emas. Adapula yang disebut dengan sebutan ripta prasasti, merupakan sebuah prasasti yang ditulis di atas lontar atau juga daun tal. Beberapa prasasti itu terbuat tanah liat atau juga tablet yang diisi dengan mantra-mantra agama Buddha.

Dibawah ini merupakan beberapa contoh prasasti yang terdapat di Indonesia diantaranya sebagai berikut :

  • Prasasti Kebon Kopi I, Ciampea, Bogor, ~ 400
  • Prasasti Kebon Kopi II, Ciampea, Bogor, 932
  • Prasasti Tugu, Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan
  • Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, abad ke-5
  • Prasasti Muara Cianten atau Prasasti Pasir Muara, Ciampea, Bogor, 536
  • Prasasti Jambu, Nanggung, Bogor, abad ke-5
  • Prasasti Pasir Awi atau Prasasti Ciampea, Citeureup, Bogor
  • Prasasti Kedukan Bukit, Palembang, Sumatera Selatan, 16 Juni 682
  • Prasasti Telaga Batu, Palembang, Sumatera Selatan, abad ke-7
  • Prasasti Talang Tuwo, Palembang, Sumatera Selatan, 23 Maret 684
  • Prasasti Kota Kapur, Kota Kapur, Bangka, 686
  • Prasasti Palas Pasemah, Palas,Lampung, abad ke-7
  • Prasasti Karang Brahi, Karangberahi, Jambi, abad ke-7

Macam-macam prasasti yang menunjukkan pengaruh Hindu Budha adalah :

  1. Sima, yaitu prasasti yang berisi maklumat raja atau bangsawan dalam rangka pengukuhan suatu daerah menjadi sima.
  2. Jayapattra, yaitu prasasti yang berisi keputusan hukum untuk pihak yang memenangkan suatu perkara.
  3. Suddhapattra, yaitu prasasti yang berisi keputusan ikatan hutang-piutang, pelunasan, atau proses gadai.
  4. Prasasti yang berisi mantra-mantra Hindu dan Budha kemudian dipahatkan diatas lempeng tanah.

Beberapa fungsi prasasti yang dapat kita ketahui, sebagai berikut :

  • Sebagai penghormatan kepada dewa, baik dalam agama Hindu maupun Budha.Ciri prasasti seperti ini biasanya terdapat kata Ong selanjutnya nama dewanya dalam agama tersebut.
  • Dari angka-angka dalam prasasti merupakan sumber sejarah yang sangat penting dan dapat digunakan sebagai referensi dalam penelitian. Angka dan tahun di dalam prasasti biasanya diawali dengan kata “Swasti Cri Cakawarsatita”.
  • Isi prasasti biasanya menyebut nama raja-raja dari masanya.
  • Prasasti juga bisa digunakan sebagai simbol atau suatu batas wilayah kerajaan tertentu.

Nah, kerajaan besar di Indonesia (Nusantara) meninggalkan banyak jejak-jejak sejarah berupa prasasti. Dari sebagian prasasti yang ditemukan, memuat informasi penting terkait dengan kerajaan tersebut.

Berikut ini beberapa prasasti yang berhasil di temukan, antara lain :

  • Kerajaan Tarumanegara : Prasasti Kebon Kopi, P. Tugu, P. Jambu, P. Lebak, P. Pasir Awi, P. Ciaruteun, P. Muara Cianten.
  • Kerajaan Kediri : Prasasti Turun Hyang II, P. Sirah Keting, P. Ngantang, P. Kamulan, P. Jaring.
  • Kerajaan Majapahit : Prasasti Kudadu, P. Sukamerta, P. Waringin Pitu, P. Canggu, P. Karang Bogem, P.
  • Kerajaan Sriwijaya : Prasasti Kedukan Bukit, P. Kota Kapur, P. Talang Tuo, P. Karang Birahi, P. Palas Pasemah, P. Telaga Batu, P. Nalanda, P. Leiden, P.

 

 

Menarik lainnya

© 2024 Pengertian.Apa-itu.NET