Apa yang dimaksud dengan Barang konsumsi

Barang konsumsi adalah suatu benda yang langsung saja bisa anda gunakan tanpa perlu anda mengolahnya lagi. Dengan kata lain baik yang akan memuadkan dalam jangka waktu lama ataupun yang tidak tahan lama sifatnya. Dan tentunya dalam kehidupan sehari hari anda tak akan lepas dari yang namanya benda konsumsi untuk menunjang kehidupan anda. Terkadang benda konsumsi juga merupakan benda yang wajib untuk dimiliki seperti misalnya makanan, minuman, dan kebutuhan rumah tangga lainya. Sedangkan untuk benda konsumsi yang bisa digunakan dalam jangka waktu yang lama yaitu seperti sepatu, tas, kendaraan dll.

Barang konsumsi adalah produk yang dibeli untuk dikonsumsi oleh konsumen pada umumnya, atau disebut juga sebagai barang akhir. Barang konsumsi adalah hasil akhir dari produksi dan manufaktur dan apa yang akan dilihat oleh konsumen saat ditampilkan di rak toko. Pakaian, makanan, dan perhiasan adalah contoh barang konsumsi. Bahan baku atau dasar, seperti tembaga, tidak dianggap sebagai barang konsumsi karena harus diubah menjadi produk yang dapat digunakan.

berikut adalah ciri-ciri barang konsumsi:

1. Barang konsumsi memiliki manfaat atau nilai yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Penggunaan ini akan mengakibatkan berkurang atau habisnya nilai atau manfaat dari barang tersebut. Jenis barang tersebut pun dibagi menjadi dua tipe. Pertama, barang yang manfaat atau nilainya akan habis pada satu kali pemakaian, seperti makanan dan minuman. Kedua, barang yang manfaat atau nilainya akan habis secara perlahan-lahan yang berarti penggunaan dapat dilakukan secara berulang. Contohnya adalah pakaian dan buku.

2. Barang konsumsi dapat memenuhi kebutuhan hidup. Contoh, moda transportasi seperti motor yang digunakan untuk bepergian dari rumah ke tempat kerja termasuk ke dalam barang konsumsi.

3. Barang konsumsi harus merupakan barang ekonomi yang diperoleh dengan pengorbanan. Sebagai contoh, makanan, minuman, dan pakaian diperoleh dengan melakukan transaksi ekonomi di pasar. Oksigen atau sinar matahari yang manfaatnya dirasakan setiap hari tentu saja bukan barang konsumsi karena keduanya bukan merupakan barang ekonomi.

Kategori Barang Konsumsi

1. Convenience Goods
Convenience goods biasanya dikonsumsi secara teratur dan mudah didapat. Secara umum, barang-barang praktis masuk dalam kategori convenience goods seperti makanan cepat saji, rokok dan tembakau dengan nilai rendah. Sebagian besar convenience goods dijual oleh pedagang grosir atau pengecer untuk membuatnya tersedia bagi konsumen dalam kapasitas yang baik atau besar.

2. Shopping Consumer Goods
Shopping consumer goods adalah barang-barang di mana pembelian membutuhkan lebih banyak pemikiran dan perencanaan daripada dengan convenience goods. Shopping consumer goods memang lebih mahal dan memiliki daya tahan dan rentang hidup yang lebih lama daripada convenience goods. Shopping consumer goods termasuk peralatan rumah tangga dan pakaian.

3. Specialty Consumer Goods
Specialty consumer goods adalah barang yang jarang diproduksi dan seringkali dianggap sebagai barang mewah. Pembelian specialty consumer goods disediakan untuk pembeli kelas elit untuk melakukan pembelian. Upaya pemasaran diarahkan untuk pasar terbatas, biasanya kelas atas. Produk-produk ini termasuk mobil mewah dan perhiasan.

4. Unsought Consumer Goods
Unsought consumer goods adalah barang yang belum dikenal atau sudah diketahui namun belum terpikirkan untuk dibeli oleh konsumen. Namun, ada beberapa anggota pasar yang sudah membeli unsought consumer goods. Barang-barang ini biasanya tidak dibeli berulang kali dan biasanya melayani kebutuhan khusus, seperti asuransi jiwa.

Konsumen, sebagai pihak yang menggunakan barang konsumsi, diasumsikan sudah memiliki informasi terkait barang atau jasa yang akan dikonsumsi. Informasi mengenai barang atau jasa tersebut yang kemudian digunakan untuk mengambil keputusan dalam pembelian barang atau jasa. Selain informasi yang dimiliki, tentu saja ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi keputusan dalam melakukan konsumsi. Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi:

1. Faktor internal, yang merupakan faktor yang berasal dari diri atau pribadi konsumen itu sendiri. Contoh: informasi, motivasi, selera, dan pendapatan.
2. Faktor eksternal, yang merupakan faktor yang berasal dari luar diri atau pribadi konsumen. Contoh: kelas sosial, kebudayaan, jumlah anggota keluarga, dan harga barang atau jasa.

Faktor-faktor internal dan eksternal akan mempengaruhi perilaku konsumsi seseorang. Sebagai contoh semakin banyaknya jumlah anggota dalam satu keluarga akan menyebabkan semakin tingginya tingkat konsumsi. Tren yang sedang berlangsung juga akan mempengaruhi tingkat konsumsi. Harga barang pun akan mempengaruhi perilaku konsumsi. Pada saat harga barang murah, konsumen cenderung akan membeli lebih banyak barang. Selera konsumen yang berbeda-beda tentu juga berperan dalam proses pengambilan keputusan konsumsi. Contohnya selera dalam hal pakaian atau makanan.

Pada praktiknya tentu saja pengambilan keputusan untuk melakukan konsumsi tidak sesederhana itu. Tentu saja ada kondisi-kondisi dimana lebih dari satu faktor akan bersinggungan. Sebagai contoh, jika pada suatu periode harga barang atau jasa mengalami kenaikan namun pendapatan yang dimiliki tetap, maka tingkat konsumsi akan menurun.

Faktor lainnya yang juga mempengaruhi keputusan konsumsi adalah gaya hidup. Ada begitu banyak konsumen yang memiliki gaya hidup konsumtif. Hal ini terjadi tidak hanya pada orang-orang yang memiliki tingkat pendapatan yang tinggi tetapi juga pada orang-orang berpendapatan rendah. Konsumen yang konsumtif percaya bahwa dengan gaya hidup yang menunjukkan kemampuan dalam membeli barang ekonomi akan meningkatkan kelas sosial mereka. Contoh perilaku ini menunjukkan bahwa faktor gaya hidup dapat memiliki pengaruh yang lebih besar daripada faktor pendapatan dalam menentukan kegiatan konsumsi.

Dengan adanya contoh dimana gaya hidup tidak sesuai dengan tingkat pendapatan menunjukkan bahwa ada aspek negatif dari perilaku konsumsi. Gaya hidup konsumtif secara otomatis menunjukkan sikap yang tidak hemat. Bahkan, jika sikap atau kebiasaan ini terus berlanjut bisa menjadi penyebab terjebaknya seseorang dalam utang-piutang. Pada kondisi seperti ini, motivasi untuk menabung atau memanajemen pendapatan menjadi investasi akan semakin menurun.

Tentu saja tidak hanya aspek negatif yang timbul dari pelaku konsumsi. Aspek positif pun timbul dari perilaku konsumsi. Adanya kebutuhan hidup yang harus dipenuhi dari sisi konsumen akan menimbulkan permintaan. Produsen pun akan melakukan produksi barang dan jasa untuk memenuhi permintaan tersebut. Dengan demikian keberlangsungan ekonomi akan terjaga. Kegiatan konsumsi yang berkelanjutan akan menyebabkan perputaran barang dan jasa terus berlangsung, bahkan meningkat.

Menarik lainnya

© 2024 Pengertian.Apa-itu.NET